ENJOY YA GAN...

ngomong apa.an? wkakakaka arti.in sendiri ya gan.. hhe

Kira-kira kyak gini deh pandawa lima, keren

Senin, 04 Januari 2021

Cara membuat wayang dari kertas, yuk coba

BELAJAR MEMBUAT WAYANG DARI KERTAS HVS


Wayang Bimo





Membuat wayang dengan bahan baku kertas HVS tentunya sangat menguntungkan bagi anak-anak khususnya usia SD. Selain bahanya sederhana dan murah cara membuatnya pun sangat mudah. Dengan ide gagasan ini semoga anak-anak merasa senang dan melihat boneka wayang adalah sesuatu yang sederharna dan menarik, bukan sesuatu yang rumit, susah dipahami dan biayanya mahal. Oleh karenanya anak-anak diharapkan lebih tertarik dan mencintai wayang kulit. Selain itu diharapkan hasil karya ini bisa dijadikan mainan yang menarik sehingga boneka wayang lebih familiar di hati anak-anak.

Berikut cara membuat wayang mainan dari kertas

Bahan dan peralatan yang diperlukan untuk membuat wayang ini adalah:

1. Kertas HVS/ Kuarto
2. Bolpoin
3. Spidol Warna Lengkap
4. Laminating
5. Gunting/ Kater
6. Bambu
7. Benang/Rafia.
8. Clear/ pilox warna netral

Urutan Pembuatan Wayang:

1. Gambar wayang: Gambarlah wayang yang diinginkan pada kertas HVS. Jika kesulitan bisa cari gambar wayang kemudian di foto Copy kemudian di jiplak. Lebih praktis lagi anda tinggal print pada contoh di atas.

2. Warnai wayang: Setelah selesai gambar dibuat warnai gambar dengan spidol warna. Untuk lebih jelasnya buka cara tentang cara mewarnai wayang (Belajar Nyungging) di blog ini. Jika kesulitan anda tinggal print contoh2 gambar di atas.

3. Clear warna: Clear warna diperlukan untuk memperkuat gambar yang sudah diwarnai agar tidak mudah luntur jika lembab atau terkena air.

4. Laminating: Setelah gambar diclear kemudian dilaminating yang kuat agar ketika dipotong tidak lepas. Untuk laminating anda dapat minta tolong pada jasa fotocopy.

5. Potong gambar wayang: Setelah selesai potong gambar yang sudah dilaminating sesuai dengan bentuk atau pola wayang dengan menggunakan gunting atau kater. Jika bingung ikuti tanda silang pada gambar, potonglah bagian kertas yang disilang.

6. Memasang engsel tangan: Lubangilah masing-masing pundak wayang dan ujung-ujung tangan dengan jarum. Kemudian gabungkalah dengan benang yang dirangkap atau rafia yang menyerupai engsel sehingga tangan wayang dapat digerakan.

7. Memasang gapit: Gapit atau tangkai bisa terbuat dari bambu, rotan, sumpit mie, tusuk sate dan lain-lain. Pemasangan gapit dapat menggunakan benang, rafia, lem, selotif dan lain.

https://puthutnugroho.wordpress.com/2014/09/10/belajar-membuat-wayang-dari-hvs/

 

Mengenal ANOMAN




ANOMAN / HANOMAN berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal dengan nama ; Anjaniputra (putra Dewi Anjani), Bayudara (putra Bathara Bayu), Bayusiwi, Guruputra (putra Bathara Guru), Handayapati (mempunyai kekuatan yang sangat besar), Yudawisma (panglima perang), Haruta (angin), Maruti, Palwagaseta (kera putih), Prabancana, Ramandayapati (putra angkat Sri Rama), Senggana (panglima perang), Suwiyuswa (panjang usia) dan Mayangkara (roh suci, gelar setelah menjadi pendeta di Kendalisada).

Anoman adalah putra Bathara Guru dengan Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dengan Dewi Windradi dari pertapaan Erriya/Grastina. Anoman merupakan makluk kekasih dewata. Ia mendapat anugerah Cupumanik Astagina, juga ditakdirkan berumur panjang, hidup dari jaman Ramayana sampai jaman Mahabharata, bahkan sampai awal/memasuki jaman Madya. Anoman memiliki beberapa kesaktian. Ia dapat bertiwikrama, memiliki Aji Sepiangin (dari Bathara Bayu), Aji Pameling (dari Bathara Wisnu), dan Aji Mundri (dari Resi Subali).

Tata pakaiannya yang melambangkan kebesaran, antara lain ; Pupuk Jarotasem Ngrawit, Gelung Minangkara, Kelat bahu Sigar Blibar, Kampuh/Kain Poleng berwarna hitam, merah dan putih, Gelang/Binggel Candramurti dan Ikat Pinggang Akar Mimang. Anoman tiga kali menikah. Pertama dengan Dewi Urangrayung, putri Begawan Minalodra dari Kandabumi. berputra Trigangga/Triyangga, berujud kera putih. Istri kedua bernama Dewi Sayempraba, putri raksasa Wisakarma dari Gowawindu, tidak mempunyai anak. Anoman kemudian menikah dengan Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari pertapaan Andonsumawi, berputra Purwaganti.

Anoman mempunyai perwatakan ; pemberani, sopan-santun, tahu harga diri. setia. prajurit ulung, waspada, pandai berlagu, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat dan tabah.

https://tokohpewayanganjawa.blogspot.com/2014/01/anoman.html

Mengenal SADEWA


SAHADEWA atau Sadewa yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (=buah dari tumbuh–tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima/bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula. Sadewa juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura, bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna.

Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa Tabib. Ia sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus. Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa.

Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta. Sahadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa).

Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistrira. Akhir riwayatnya di ceritakan, Sahadewa mati moksa bersama ke empat saudaranya.

https://tokohpewayanganjawa.blogspot.com/2014/05/sadewa.html

Mengenal NAKULA

 



NAKULA yang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna.


Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib. Ia mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Ia juga mempunyai cupu berisi, ―Banyu Panguripan/Air kehidupan‖ pemberian Bhatara Indra.

Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Ia tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu ;

1. Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati.

2. Dewi Srengganawati, putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala) dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung. Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik.

Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa bersama keempat saudaranya.

Mengenal ARJUNA

 

ARJUNA adalah putra Prabu Pandu Dewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita --- putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura.

Ia merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara. Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan Sadewa.

Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka.

Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain ; Gendewa (dari Bathara Indra), Panah Ardadadali (dari Bathara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bathara Narada).Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, antara lain ; Keris Kyai Kalanadah, Panah Sangkali (dari Resi Durna), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kyai Sarotama, Keris Kyai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kyai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain ; Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama

Arjuna mempunyai 15 orang istri dan 14 orang anak. Adapun istri dan anak-anaknya adalah :
1. Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.
2. Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.
3. Dewi Srikandi
4. Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan
5. Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6. Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka
7. Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni
8. Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga
9. Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
10. Dewi Supraba , berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa
12. Dewi Maeswara
13. Dewi Retno Kasimpar
14. Dewi Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada
15. Dewi Dyah Sarimaya.

Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu ; Kampuh/Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung). Ia juga banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta (pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbang ali-ali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Danasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong).

Arjuna memiliki sifat perwatakan ; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa (mati sempurna) bersama ke-empat saudaranya yang lain.


Mengenal YUDHISTIRA


PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani, sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara yang sangat angker. Ia mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ; Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga mempunyai dua saudara kembar lain ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di kesatrian Baweratalun.

Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala, raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi istri Arjuna.

Ketika hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat daya kesaktian minyak Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani. Prabu Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta istrinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Ia kemudian menjelma/ menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa bergelar Prabu Yudhistira.





Mengenal BIMA



BIMA atau WERKUDARA dikenal pula dengan nama;

Balawa,
Bratasena,
Birawa,
Dandunwacana,
Nagata,
Kusumayuda,
Kowara,
Kusumadilaga,
Pandusiwi,
Bayusuta,
Sena, atau Wijasena.
Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura.

Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa.

Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur.
Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh/kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem.

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta.
Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,
2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan
3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.