ENJOY YA GAN...

ngomong apa.an? wkakakaka arti.in sendiri ya gan.. hhe

Kira-kira kyak gini deh pandawa lima, keren

Kamis, 28 Februari 2013

Fungsi wayang

Fungsi wayang dan wayang sebagai sarana pendidikan

Wayang adalah seni dekoratif yang merupakan ekspresi kebudayaan nasional. Disamping merupakan juga merupakan ekspresi kebudayaan nasional juga merupakan media pendidikan, media informasi dan media hiburan.


Wayang merupakan media pendidikan, karena ditinjau dari segi isinya, banyak memberikan ajaran-ajaran kepada manusia. Baik manusia sebagai individu atau manusia sebagai anggota masyarakat. Jadi wayang dalam media pendidikan terutama pendidikan budi pekerti, besar sekali gunanya. Oleh karena itu wayang perlu dilestarikan, dikembangkan, lebih-lebih wayang kulit Purwa.

Wayang menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif di dalam masyarakat. Dapat diapakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat diapakai sebagai alat untuk mengadakan pedekatan kepada masyarakat¸memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-baluknya.
Wayang sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan di dalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibur para peminat dibudayakan dan diperkaya secara spiritual.
Jelas wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental, karena di dalamnya banyak tersirat unsure-unsur pendidikan mental dan watak.
Untuk membangun manusia seutuhnya, pembangunan mental adalah penting sekali. Oleh karena itu pengenalan nilai wayang, terutama wayang kulit Purwa yang banyak orang mengatakan bahwa wayang adalah kesenian klasih yang adiluhung, perlu digalakkan.
Lebih-lebih di sekolah-sekolah sebagai pusat kebudayaan dan pusat pumpunan generasi muda yang menjadi generasi penerus bangsa perlu dikenalkan, diresapkan dan ditanamkan.
Unsur-unsur pendidikan dalam wayang kulit Purwa mengenai hal-hal seperti ; masalah keadilan, kebenaran, kesehatan, kejujuran, kepahlawanan, kesusilaan, psikologi, filsafat dan berbagai problema watak manusiawi yang sukar diungkapkan atau dipecahkan.
Media pendidikan dalam wayang kulit Purwa tidak hanya terdapat pada cerita-ceritanya, cara pentas atau perkelirannya, instrument dan seni perdalangannya, tetapi juga pada perwujudan gambar wayang itu masing-masing. Wayang-wayang itu adalah gambaran watak-watak manusia. Digambarkan tidak kurang dari 200 watak manusia pada kurang lebih 200 macam gambar wayang kulit Purwa.
Sebagian besar dasar watak banyak dilukiskan pada wujud raut muka, yaitu pada posisi bentuk dan warnanya. Ada juga yang dilukiskan pada posisi ukuran tubuh dan bentuk tubuhnya.
Perwujudan raut muka yang mengekspresikan watak, terdapat pada bentuk-bentuk mata, hidung, mulut, warna roman muka, bagitu juga pada posisi sikap wajah; yaitu luruh, longok, dan langaknya.
Sikap muka yang menunduk (luruh), melihat ke depan (longok) dan agak menengadah (langak), menggambarkan watak yang berbeda. Begitu juga wajah yang berwarna hitam, merah, putih dan biru pada raut mukanya.
Dengan uraian di atas maka dalam kesenian wayang kulit Purwa perlu digalakkan dan dikembangkan akan pengenalan wayang kulit Purwa pada gambarnya, menatahnya dan menyunggingnya. Bentuk gambarnya yang ekspresif dekoratif, tatahan dan sunggingan yang ornamental perlu dikenali dan dikembangkan sesuai dengan irama jaman dan perkembangan teknologi modern seperti sekarang ini dengan berpangkal pada seni rupa nasional.

http://arieabimanyu.blogspot.com/2009/11/fungsi-wayang-dan-wayang-sebagai-sarana.html

Proses Pembuatan Wayang Kulit


Industri kerajinan tangan merupakan salah satu sektor industri yang cukup  menjanjikan di kalangan masyarakat, terutama di kawasan objek wisata. Indonesia memiliki kekayaan budaya dan produk kerajinan yang sangat beranekaragam.  Produk kerajinan tangan yang dihasilkan terdiri dari berbagai macam bahan, salah satunya dari kulit. Dengan bahan dasar kulit, dapat dibuat seni tatah sungging yang menggunakan kulit sebagai media kreatif. Produk yang dihasilkan berupa wayang kulit, kipas, hiasan dinding, miniatur wayang, kaligrafi, pembatas buku, kap lampu, pigura, kipas tangan serta souvenir lainnya.
Kerajinan tatah sungging terutama wayang kulit adalah kerajinan yang memadukan seni dan sejarah wayang kulit. Ini dikarenakan untuk membuat wayang kulit diperlukan kemauan belajar yang tinggi, keuletan dan rasa kecintaan yang tinggi dengan cerita pewayangan.  Wayang kulit sebagai salah satu warisan leluhur khususnya dari Kraton Yogyakarta diharapkan menjadi contoh warisan yang dijaga dan dipertahankan demi kelangsungan keberadaan wayang kulit khususnya dan sebagai identitas kota Yogyakarta pada umumnya.
Industri kerajinan tatah sungging mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Industri kerajinan ini telah terkenal hingga ke mancanegara. Di provinsi Yogyakarta, tepatnya di Dusun Karangasem Desa Wukirsari, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta banyak terdapat centra pengrajin tatah sunggging. Di daerah ini, hampir 80% penduduknya memiliki profesi sebagai pengrajin tatah sungging.
Untuk membuat suatu wayang kulit memerlukan beberapa tahapan kerja, di antaranya yaitu :
Pembelian kulit
Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit terdiri dari beberapa macam, yaitu kulit mentah dan kulit split. Kulit mentah adalah kulit yang langsung digunakan untuk proses pembuatan wayang kulit tanpa melalui proses kimiawi. Sedangkan kulit split adalah kulit yang sudah melalui proses kimiawi di pabrik. Kulit yang digunakan untuk membuat wayang kulit biasanya berasal dari kulit kerbau, sapi, dan kambing. Sebagian besar kulit diperoleh dari daerah Magetan (Jawa Timur), Sukoharjo, Solo, Segoroyoso (Yogyakarta) dan Magelang.
Pengolahan kulit
Direndam dengan air selama satu hari sampai lunak. Kemudian direntangkan atau dipentangkan dengan menggunakan tali dan pigura kayu yang kuat. Selanjutnya kulit tersebut dijemur di bawah terik matahari sampai benar-benar kering. Kulit yang sudah kering segera ditipiskan dengan cara dikerok. Bagian yang dikerok adalah bagian rambut (bagian luar) dan sisa-sisa daging yang masih melekat (bagian dalam). Kulit dikerok dengan menggunakan pisau atau pethel sedikit demi sedikit secara hati-hati. Kulit bagian dalam dikerok terlebih dahulu dan lebih banyak dikurangi agar diperoleh kulit yang berkualitas. Setelah itu, baru dilanjutkan pengerokan kulit bagian luar. Pengerokan kulit bagian luar hanya sedikit saja karena bila dilakukan pengurangan terlalu banyak maka kulit yang dihasilkan akan menjadi mudah patah bila dilipat. Bila perlu, pada bagian ini hanya dihilangkan rambut-rambutnya saja dan dibersihkan dengan air. Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mempermudah pengerokan rambut pada kulit, seperti merendam kulit dengan air mendidih, dan dengan menggunakan air kapur sebelum dipentangkan. Torehan pisau pada proses pengerokan hanya dilakukan satu arah dari atas ke bawah. Setelah kulit ditipiskan, sisa-sisa kerokan dibersihkan dengan air dan bagian yang dikerok dihaluskan dengan amplas. Selanjutnya, dijemur di panas sinar matahari lagi hingga kering secara merata.
 
Gambar 1. Proses pengerokan kulit.
 
Gambar 2. Kulit hewan yang telah dikerok dan dikeringkan

Setelah kering, kulit dilapisi dengan warna dasar untuk menutup pori-pori kulit agar permukaannya rata. Kemudian mulai dibentuk sketsa di permukaan kulit. Setelah itu, tepi sketsa ditatah sehingga diperoleh bentuk dasar. Tahap selanjutnya adalah memperhalus tatahan dasar dan membuat kombinasi yang indah dalam terawangan cahaya. Setelah terbentuk wayang secara kasar, maka bagian muka dan detail lainnya di bagian sketsa dalam mulai ditatah. Proses ini sangat penting karena berpengaruh pada karakter wayang yang dihasilkan. Setelah melalui tahap ini, wayang yang dihasilkan tersebut dinamakan putihan karena belum diwarnai.
 
Gambar 3. Proses tatah kulit.

Putihan tersebut diwarnai dengan menggunakan pewarna sintetis, yaitu cat Sandy Colour, dan menggunakan perekat rakol (lem Fox). Setelah selesai dicat dan disempurnakan, wayang kulit diberi penyangga dengan menggunakan tanduk kerbau atau bambu.


 

Gambar 4. Proses pewarnaan wayang kulit (Sungging)

Sisa potongan kulit yang dinamakan dengan leresan umumnya dapat digunakan sebagai bahan rambak (krupuk kulit) dan sebagai dipupuk organik.

http://tatahsungging.wordpress.com/produk/proses-pembuatan/

Sabtu, 23 Februari 2013

Sejarah Wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.

                               
Batara Guru (Siwa) dalam bentuk seni wayang Jawa.                                                  Wayang Bali.

ane copas dari web sebelah gan
kalo lebih jelasnya nii : http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang